Oleh.Budi Hantara
Episode.6
Pacar saya ayah. Aku memperkenalkan pacarku dengan bangga. Ayahpun tersenyum bahagia. Wajahnya yang pucat pasi mendadak tampak berseri. Sudah lama ayah merindukan aku mempunyai pacar. Ayah selalu menanyakan kapan aku memperkenalkan pacarku. Apalagi setelah merasakan bahwa usianya tak akan lama lagi. Ayah sangat menginginkan untuk melihat kebahagiaanku sebelum kembali ke hadapan Bapa di surga. Akupun ingin melihat ayah bahagia.
Ayah merestui hubungan kalian. Semoga kalian diberkati Tuhan.
Terima kasih ayah. Ayah harus sembuh agar bisa melihat kebahagiaan kami.
Saat ini ayah bahagia melihat kalian. Kebahagiaan kalian akan abadi jika dibangun atas dasar iman dan kasih.
Semoga kami menjadi keluarga yang bahagia.
Kalian harus bisa saling menjaga cinta dan kesetiaan. Saling jujur dan terbuka demi keutuhan keluarga. Saling mengampuni dan tak menyimpan dendam. Perjalanan hidup berumahtangga itu tak selalu indah. Maka kalian harus siap menghadapi segala cobaan.
Kami mendengarkan dan berusaha menghayati nasehat ayah. Tanpa terasa percakapan kami sudah cukup lama. Saat kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul empat sore hatiku menjadi gundah. Kami harus segera pulang agar tidak kemalaman sampai rumah. Maklum baru pertama kali mengajak pergi pacar, maka aku harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan padaku.
Hari mulai gelap. Aku mengantar pacarku melintasi jalan berbatu. Rimbunnya pepohonan di kanan kiri jalan membuat kegelapan semakin pekat. Listrik belum masuk desa Jurug pada saat itu. Apalagi rumah pacarku yang berada di pinggir hutan jati dekat perbatasan Jawa Tengah, lebih mengerikan lagi. Desa di pinggir hutan itu belum tersentuh pembangunan. Jalan berbatu dan sebagian berlobang menyebabkan desa itu semakin sulit dijangkau. Aku tak sanggup mengayuh sepedaku sehingga kami terpaksa harus berjalan kaki. Namun pacarku tak mengeluh walau harus menempuh perjalanan seberat itu. Sesungguhnya aku tak sampai hati melihat pacarku menderita seperti ini.
Maaf ya. Kita harus jalan.
Tidak apa-apa. Aku sudah biasa jalan kaki setiap hari.
Kamu tak menyesal menjadi pacarku yang hanya mempunyai sepeda jelek ini?
Saat ini kita hanya butuh cinta dan kesetiaan. Dia meyakinkanku. Hatikupun berbunga-bunga. Kami berhenti sejenak. Kupeluk dia dengan cinta yang bergelora. Diapun memelukku dan aku menciumnya. Itulah pertamakalinya aku mencium seorang kekasih. Seketika terucap janjiku di dada untuk mencintainya selamanya. BERSAMBUNG…