SECANGKIR KOPI HIDUPKU

banner 468x60

Oleh.Budi Hantara

Episode.4

banner 336x280

Dewa matahari telah memiliki cinta yang besar dan luas terhadap dunia. Dewa matahari telah memberikan cintanya secara total bagi kehidupan dunia. Sang gadispun sesungguhnya tahu hal itu. Namun cintanya yang tulus tak bisa melunturkan kesetiaannya. Untuk membuktikan kesetiaannya, dia berdiri memandang matahari selama berhari-hari tanpa berhenti. Keajaibanpun terjadi. Tanpa disadari hari demi hari sang gadis mengalami metamorfosis aneh yang tidak pernah terjadi pada makhluk apapun. Kedua belah kakinya berubah menjadi akar yang kokoh menembus tanah. Tubuhnya perlahan berubah menjadi pohon dan mulai tumbuh daun dan ranting. Pada akhirnya sang gadis yang penuh cinta dan kesetiaan itu dikenal sebagai bunga matahari.
Bagaimana dengan bunga anggrekku nanti? Apakah anggrek hutanku ,Monica Anggraeni, memiliki cinta dan kesetiaan seperti bunga matahari? Aku hanya bisa berharap pada waktu. Biarlah waktu yang akan menjawabnya nanti. Untuk mendapatkan anggrek hutan ini tidaklah mudah. Banyak semak duri yang harus kuterjang. Ibarat bunga yang sedang mekar maka kumbang yang datangpun harus siap berjuang. Dengan modal cinta dan semangat yang membara, aku berhasil merebut hatinya.
Aku ingin membagi kebahagiaanku pada seluruh keluargaku. Terlebih pada ayah dan ibu yang sudah lama merindukan aku memiliki seorang kekasih. Memang selama ini aku belum pernah mempunyai kekasih atau pacar seperti anak muda pada umumnya. Pada saat usiaku duapuluh lima tahun, aku baru mendapatkan seorang kekasih. Monica Anggraeni adalah cinta pertamaku. Semoga ini jodohku yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menjadi pendamping hidupku.
Beberapa bulan setelah resmi menjadi pacarku, dan orang tuanyapun menerimaku sebagai calon menantu, maka kuperkenalkan pada keluargaku. Kebetulan pada saat itu ayah sedang sakit di Karangrejo Magetan, sehingga aku mempunyai alasan untuk mohon ijin pada calon mertua dan mengajaknya pergi. Segala rencanaku berjalan mulus.
Kami berdua naik becak dari pasar sore menuju terminal Ngawi. Sesampai di terminal kami berdiri sesaat. Beberapa kernet yang saling berebut penumpang menjadi pemandangan yang biasa di terminal itu. Namun pacarku yang masih sangat lugu tampak canggung dan takut.
Kita naik jurusan Madiun. Ajakku sambil melindungi dari tarikan tangan kernet yang kasar. Kugandeng tangannya dengan mesra. Bersambung……

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *