Oleh .Budi Hantara
Episode.5
Kita naik jurusan Madiun. Ajakku sambil melindungi dari tarikan tangan kernet yang kasar. Kugandeng tangannya dengan mesra.
Itu mobilnhya berangkat. Suaranya lembut sembari mengarahkan pandangan matanya ke arah mobil yang bergerak pelan.
Tak usah buru-buru. Ikut yang tidak berdesakan. Kupandang wajah cantik pacarku dengan penuh cinta. Sesaat kemudian kami berdua naik angkutan jurusan Madiun. Kami duduk berdesakan. Mobil tua bermesin diesel menderu seakan enggan berjalan. Walaupun suara bising dan bau solar menyengat, kami tak peduli. Harumnya bunga cinta yang mulai mekar mengalahkan segalanya. Tanpa terasa mobil telah memasuki wilayah Karangrejo. Di depan kecamatan Karangrejo kami berdua turun. Kebetulan dokar sebagai alat transportasi tradisional sudah berjajar menunggu penumpang. Kami naik jurusan pasar Barat. Sekitar lima menit kemudian kami sudah sampai di depan rumah keluargaku.
Kami berjalan memasuki halaman rumah tua yang mulai reot. Seorang perempuan setengah tua membuka pintu dengan tatapan heran.
Ini ibuku aku memperkenalkan
Saya temannya… suaranya pelan dan ucapannya terputus karena menyembunyikan rasa malu.
Mari masuk. Tapi beginilah keadaan kami.
Saya juga dari keluarga miskin Bu.
Martabat seseorang bukan dilihat dari kekayaannya, tapi dari pribadinya. Sementara kami melangkah memasuki rumah dengan langkah pelahan. Dari dalam kamar ayahku terdengar suara batuk yang berat.
Ayah bagaimana Bu? tanyaku sedikit panik. Secara medis kondisi ayah dinyatakan kritis. Tapi ayah ingin menikmati sisa hidupnya bersama keluarga yang dicintai. Pihak rumah sakitpun memahami dan memberikan kebebasan untuk menjalani perawatan di rumah.
Lihatlah di kamar.
Ayo masuk. Ayah di dalam. Ajakku sambil memandang kekasihku. Diapun melangkah disampingku. Kubuka tirai kamar dan kulihat tubuh kurus ayah terbaring menahan sakit.
Saya datang ayah. Bisikku mendekat sambil mencium tangannya.
Dengan siapa?
Pacar saya ayah. Aku memperkenalkan pacarku dengan bangga. Ayahpun tersenyum bahagia. Wajahnya yang pucat pasi mendadak tampak berseri. Sudah lama ayah merindukan aku mempunyai pacar. Ayah selalu menanyakan kapan aku memperkenalkan pacarku. Apalagi setelah merasakan bahwa usianya tak akan lama lagi. Ayah sangat menginginkan untuk melihat kebahagiaanku sebelum kembali ke hadapan Bapa di surga. Akupun ingin melihat ayah bahagia. Bersambung …..