NGAWI.FREKWENSIPOS.COM // Kurang dari dua tahun, pemdes dumplengan, Kecamatan Pitu menempati kantor desa dan pendopo baru. Menariknya, dalam prosesi pindahan ke kantor baru tersebut, pihak Pemdes Dumplengan mengemasnya dengan tradisi Jawa boyongan yang berlangsung pukul 09.15 wib , Rabu (4/9/2024 ).
Kegiatan tersebut sempat menjadi perhatian para penguna jalan dan disambut antusias warga karena menjadi kegiatan langka yang selama ini belum pernah diterjadi dan dilihat warga . Mereka tumpah ruah di jalan menunggu iring-iringan prosesi boyongan melewati jalur menuju kantor baru yang berjarak kurang lebih 200 meter dari kantor desa lama.
Dalam iring-iringan boyongan , Pegy .camat Pitu diapit piandel desa berupa tombak Kyai Singkir , Dampar palenggahan kepala desa dan bukti wewengkon ( surat leter c desa ) dibelakangnya diikuti Suwarno, kepala desa Dumplengan beserta ibu kades dilanjut iringan perangkat desa , BPD/ LPMD , RT/RW Se-desa Dumplengan , tokoh masyarakat dan pemuda yang menggenakan pakaian adat Jawa . ‘’Kegiatan boyongan ini tidak hanya pemindahan kantor saja, akan tetapi masih dalam rangka merayakan hari kemerdekaan RI ke-79 ,’’ ujar Kades Dumplengan Suwarno..
” Prosesi boyongan kantor desa hari ini merupakan lanjutan dari prosesi sebelumnya , pada malam jelang kepindahan ( Selasa malam Rabu ) pemdes Dumplengan adakan pembacaan surat Yasin dipimpin ustad desa di kantor desa lama dilanjut prosesi melekan ( istilah Jawa ) , wungon di pendapa kantor desa yang baru “, tambahnya.
Rombongan Kirap boyong pusaka desa saat memasuki area / gerbang masuk kantor desa baru disambut uyon-uyon Gending Jawa dari kelompok nayaga desa Dumplengan.
Selanjutnya pusaka desa dengan sesaji yang sudah disiapkan , Tombak Kyai singkir , Dampar Palenggahan dan Bukti Wewengkon dimasukkan ke ruang pusaka yang telah disiapkan desa .
Kasno , sekertaris desa Dumplengan pada awak media yang meliput menjelaskan , ” Ritual desa ini , sesuai kordinasi desa dan tokoh masyarakat akan dijadikan budaya tahunan bahkan bisa dikata menjadi momen hari jadi desa Dumplengan , kita harus bisa membuat catatan sejarah . Sayangnya di agenda boyongan desa kita tidak bisa mengikutkan kentongan desa karena tidak tahu rimbanya .”, terang sekdes Dumplengan yang juga sebagai pemerhati budaya Jawa.
Dalam sambutannya , Suwarno menegaskan, ‘’Mulai hari ini (4/9/2024) semua pelayanan masyarakat sudah diarahkan ke kantor yang baru, sedangkan kantor desa lama akan dijadikan pusat pelayanan masyarat desa / Polides ’’ tegasnya. ( Arif )