Sukacita dan Duka Bersatu: Perayaan Pladu di Tengah Pencemaran Bengawan Solo

banner 468x60

Ngawi.Frekwensipos.Com // Memasuki musim penghujan, masyarakat sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo kembali merayakan tradisi tahunan: berburu ikan mabuk atau pladu. Naiknya permukaan air sungai menjadi pertanda dimulainya pesta bagi warga, tua muda, laki-laki perempuan, semua turun ke sungai untuk mendapatkan bagian dari rezeki alam ini.Selasa 10/09/2024.

Namun, di balik sukacita yang terlihat, tersimpan kekhawatiran mendalam akan kondisi sungai yang semakin memprihatinkan. Pornomo, salah satu warga pinggiran sungai, mengungkapkan bahwa perayaan pladu saat ini sangat berbeda dengan 10 tahun lalu. “Dulu, hasil tangkapan kami sangat melimpah. Berbagai jenis ikan, dari yang berukuran besar hingga kecil, bisa kami dapatkan. Sekarang, hanya ikan nila dan ikan pembersih kaca yang masih bertahan,” ujarnya.

Pencemaran akibat limbah pabrik menjadi penyebab utama perubahan ekosistem sungai. Ikan-ikan yang dulunya beraneka ragam kini semakin berkurang, dan kualitas air pun semakin buruk. Padahal, mengonsumsi ikan sungai yang tercemar limbah dan dikawatirkan terpapar logam berat kadar timbal diatas Abang batas dapat berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak.

Perayaan pladu menjadi cerminan dari kondisi Sungai Bengawan Solo. Di satu sisi, tradisi ini menyatukan masyarakat dalam satu kebahagiaan. Di sisi lain, tradisi ini juga menjadi pengingat akan kerusakan lingkungan yang terus terjadi. Perlu adanya upaya bersama untuk menjaga kelestarian Sungai Bengawan Solo agar generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan dan manfaatnya.

banner 336x280

Bambang salah satu pengiat sosial dan pengurus lingkungan diwilayah bantaran sungai solo mengatakan ,”Untuk tingkat terpaparnya seberapa, apakah itu melebihi ambang batas atau belum. Kalau memang dibawah ambang batas masih bisa dikonsumsi “

” Karena selama ini belum pernah ada informasi aktual akan kepastian kondisi layak tidaknya ikan-ikan sungai solo untuk dikonsumsi , Yang pasti sudah cukup lama bahkan bertahun-tahun sungai solo terpapar limbah cair baik dari pabrik dan ciu yang berada diwilayah atas ( Solo , Sragen dst ) terbukti dari bau menyengat dan perubahan warna air sungai yang kerap berubah menjadi gelap ( Hitam seperti kopi ) . Namun keberadaan unsur zat yang ada ditubuh ikan tersebut patut diwaspadai. 

“Kami belum melakukan checking, coba nanti bersama bidang perikanan kita dorong untuk ngecek tingkat residu. Yang kita gunakan tes itu formalin dan logam berat kadar timbal. Coba kita laksanakan pemeriksaan,” ujarnya kadin Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Solo saat dikonfirmasi melalui telpon selulernya.Red**

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *