NGAWI .FREKWENSIPOS.COM – Gemuruh prestasi dan sorotan kebanggaan pernah menyelimuti Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kedunggalar, atau yang akrab disebut SD Condo Birowo. Terletak strategis di jantung Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, sekolah ini dulunya adalah magnet bagi para orang tua yang mendambakan pendidikan terbaik untuk putra-putri mereka. Deretan piala dan keunggulan dalam setiap kompetisi, mulai dari gegap gempita drum band yang selalu memukau hingga parade Karnaval 17-an yang penuh kreativitas, seolah menjadi jaminan mutu. Bahkan, suasana pagi di gerbang sekolah yang dihiasi siswa berseragam polisi lalu lintas, didampingi guru, mencerminkan kedisiplinan dan wibawa lembaga pendidikan yang tak tertandingi.
Namun, semua itu kini hanya tinggal kenangan pahit. Sejak tampuk kepemimpinan beralih, cahaya SDN Kedunggalar 1 perlahan redup, tertelan badai kontroversi dan dugaan ketidakberesan yang tak ada habisnya. Sekolah yang dulu digdaya ini kini sepi prestasi, bahkan menjadi bulan-bulanan sorotan publik.
Puncaknya, mencuatnya kabar viral di media online dan TikTok terkait rencana perpisahan siswa di sebuah hall atau gedung profit ternama di Ngawi. Sebuah langkah yang jelas-jelas menabrak berbagai aturan, baik dari Dinas Pendidikan Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten Ngawi.
Tak hanya itu, aroma tak sedap juga menyeruak dari berbagai indikasi lain: dugaan maraknya agenda study tour yang dipertanyakan, hingga praktik jual beli buku LKS yang seharusnya diharamkan. Dugaan-dugaan ini bak gunung es, memperlihatkan betapa dalam keretakan yang terjadi di balik dinding sekolah yang dulu disegani.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Sekolah SDN Condo, Katarina Yosepin, hanya bisa menjawab singkat dan terkesan defensif melalui pesan WhatsApp, “Kalau LKS sudah tidak menggunakan.” Respons irit ini justru semakin mempertebal kecurigaan, seolah enggan menguak tabir dugaan penyimpangan lainnya.
Upaya tim media untuk mencari jawaban dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi pun berujung nihil. Kabid Dikdas, Zainal Fanani, pada Rabu (28/5/2025) tidak berada di kantor. “Bapak lagi tugas di lapangan,” ujar salah seorang stafnya, meninggalkan banyak pertanyaan menggantung di udara.
Apakah SDN Kedunggalar 1 akan terus terperosok dalam jurang kontroversi, ataukah ada upaya serius untuk mengembalikan marwahnya sebagai sekolah favorit? Hanya waktu yang akan menjawab. Red**