Ngawi, FrekwensiPos.Com // Setelah aib proyek jembatan desa Jagir yang menelan anggaran BK Kabupaten Ngawi Tahun 2024 dan berakhir dengan patahan sayap yang memilukan, kini luka baru kembali menganga di desa yang sama.
Proyek pembangunan jalan lingkungan yang didanai Dana Desa (DD) Tahun 2025 senilai Rp 195.836.900 di RT 004/005 RW 01 Dsn Jagir, desa Jagir Kec.Sine dengan volume 425×3 meter, justru menghadirkan pemandangan yang membuat dahi berkerut dan hati warga meradang.
Bagaimana tidak, proyek betonisasi yang baru seumur jagung ini telah menunjukkan keretakan yang mengkhawatirkan. Tim media kami yang bergerak cepat menindaklanjuti keluhan masyarakat mendapati sejumlah retakan jelas terpampang di permukaan beton. Kondisi ini sontak memicu tanda tanya besar terkait kualitas pengerjaan dan potensi penyelewengan anggaran.
Seorang ahli konstruksi terkemuka di Kabupaten Ngawi, yang memilih untuk tetap anonim, angkat bicara mengenai fenomena ini. “Retak pada rigid beton proyek yang baru selesai dapat mengindikasikan masalah serius. Ini bisa jadi bom waktu jika tidak segera ditangani,” ujarnya dengan nada prihatin.
Lebih lanjut, sang ahli memaparkan beberapa faktor krusial penyebab retaknya beton kaku tersebut:
Penyusutan Beton (Shrinkage Cracks): “Proses pengeringan beton yang terlalu cepat adalah musuh utama. Air yang menguap secara drastis akan membuat beton menciut dan akhirnya retak. Baik beton yang masih basah maupun yang sudah mengeras rentan terhadap masalah ini. Perawatan yang tepat setelah pengecoran sangat vital untuk mencegahnya.”
Perubahan Suhu Ekstrem (Thermal Cracks): “Perubahan suhu yang signifikan bisa membuat beton ‘bermain’, memuai dan menyusut. Jika tidak ada ruang gerak yang cukup melalui sambungan ekspansi, tekanan yang timbul akan merobek struktur beton.”
Menanggapi temuan memilukan ini, Kepala Desa Jagir mencoba meredam amarah warganya. “Kami sudah menyampaikan masalah ini kepada Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan perbaikan retakan beton sudah diagendakan ke Solo beton ,” kilahnya.
Namun, jawaban ini tentu tak serta merta menenangkan gejolak kekecewaan di tengah masyarakat. Kegagalan proyek demi proyek di desa Jagir, dari jembatan ambrol hingga jalan retak, menimbulkan pertanyaan besar tentang pengawasan dan kualitas pengerjaan. Dana desa yang seharusnya menjadi berkah bagi kemajuan infrastruktur, kini justru menjadi sumber kekecewaan dan kecurigaan. Akankah tragedi serupa terus berulang di desa Jagir? Publik menanti pertanggungjawaban yang lebih transparan dan tindakan nyata dari pihak terkait . Red**