Skandal IFW Ngawi: Direktur “Boneka” dan Misteri Angka Rp300 Juta, Siapa Dalang Sebenarnya?

banner 468x60

Ngawi.FrekwensiPos.Com // Ngawi Darurat Transparansi , Direktur CV Kita-Kita Selalu Bersama, Jodi, melempar bom pengakuan mengejutkan bahwa dirinya buta total soal nilai kontrak mega proyek Indonesia Fashion Week (IFW) 2025 yang konon melilit perusahaannya.

Ironisnya, CV yang beralamat “misterius” di Ngawi ini disebut-sebut sebagai salah satu vendor utama, namun Jodi, seorang honorer BLUD RSUD dr. Soeroto Ngawi, bersumpah keterlibatannya tak lebih dari sekadar nama yang dipajang. Ini bukan sekadar ketidaktahuan, ini skandal di balik layar yang patut dibongkar tuntas.

banner 336x280

 

Jodi , Boneka yang Tak Tahu Apa-apa?

Pengakuan Jodi ibarat tamparan keras bagi transparansi pengadaan barang dan jasa di Ngawi. “Saya gak ikut ke Jakarta, kemarin saya ngerjakan klaim BPJS,” dalihnya enteng saat dikonfirmasi Senin (16/6/2025). Ia bahkan menambahkan, “Kalau event ini saya gak begitu paham, biasanya saya hanya konsep musik saja.” Bagaimana mungkin seorang direktur tidak memahami proyek yang diemban perusahaannya? Ini bukan sekadar kelalaian, melainkan indikasi kuat adanya operasi senyap di balik penunjukan CV “boneka” ini.

 

Jejak “Bunda Nilam” dan Kontrak Gaib Rp300 Juta

Jodi menunjuk “Bunda Nilam” sebagai biang keladi penunjukan CV-nya, yang berasal dari “diskusi internal bersama rekan-rekannya”. “Ada penunjukan langsung pas rapat. Kalau proses teknisnya saya tidak tahu secara rinci,” katanya, seolah mengelak dari tanggung jawab. Yang lebih mencengangkan, Jodi mengakui CV-nya baru berumur jagung dua tahun dan “belum tahu tepatnya” nilai kontrak IFW. “Kayaknya 300-an juta,” celetuknya dengan enteng, namun ia mengaku “tidak baca jelasnya, hanya disodori untuk tanda tangan fakta integritas sama admin.” Ini adalah pengakuan yang sangat berbahaya! Bagaimana bisa sebuah perusahaan teken kontrak senilai ratusan juta rupiah tanpa direktur membaca detailnya? Mungkinkah ada pihak lain yang mengendalikan di balik layar, menjadikan Jodi sekadar stempel legitimasi?

 

Alamat Fiktif dan Pertanggungjawaban Hilang Bak Ditelan Bumi

Kejanggalan semakin bertambah dengan perbedaan alamat CV di LPSE dan di lapangan. Jodi berkilah, “kesepakatan teman-teman untuk ngontrak di Jalan Trunojoyo karena aksesnya lebih mudah.” Ini bukan sekadar perbedaan alamat, melainkan indikasi kuat praktik tidak transparan dalam administrasi perusahaan. Lebih parah lagi, Jodi mengaku belum menerima laporan pertanggungjawaban dari panitia penyelenggara. “Coba besok saya tak minta penjelasan dari yang ikut ke Jakarta, rugi untungnya acara seperti apa,” janjinya, seolah-olah baru sadar akan pentingnya akuntabilitas.

 

Hingga kini, panitia pelaksana IFW masih bungkam seribu bahasa. Masyarakat Ngawi berhak tahu: siapa dalang di balik proyek misterius ini? Mengapa direktur CV tidak tahu menahu soal nilai kontrak? Dan di mana pertanggungjawaban dana ratusan juta rupiah tersebut? Kejaksaan dan aparat penegak hukum harus segera turun tangan untuk mengungkap kebobrokan ini dan menyeret semua yang terlibat ke meja hijau. Ini bukan hanya soal IFW, ini soal masa depan transparansi dan akuntabilitas di Ngawi. ( Tim.Red ** )

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *