NGAWI.FREKWENSIPOS.COM – Sebuah tragedi yang menusuk sukma telah membongkar dark paradigm di balik sebuah warung angkringan di Ngawi. Peristiwa nahas yang semula diselimuti misinformation dan spekulasi tentang kehadiran orang tak dikenal (OTK) akhirnya terkuak, mengungkap sebuah kenyataan yang jauh lebih ironis dan tragis. Pelaku pembunuhan Andik Kristanto (39), seorang pedagang angkringan, bukanlah sosok misterius, melainkan sang pemilik warung itu sendiri, Andika Rangga Utama (31).
Penangkapan Andika pada Jumat dini hari (29/8/2025) oleh Satreskrim Polres Ngawi menandai akhir dari sebuah charade yang penuh kebohongan. Awalnya, pelaku mencoba menyusun false alibi dengan memberikan keterangan palsu kepada polisi. Kasat Reskrim Polres Ngawi, AKP Aris Gunadhi, menjelaskan bagaimana intellectual deception tersebut akhirnya terbantahkan setelah timnya melakukan penyisiran TKP dan pemeriksaan saksi secara mendalam.
“Awalnya, kami menerima keterangan yang menyesatkan. Namun, setelah dilakukan meticulous pemeriksaan, the narrative didn’t hold up,” ujar AKP Aris. “Pada pukul 00.30 WIB, di bawah tekanan bukti yang tak terbantahkan, yang bersangkutan akhirnya mengakui perbuatannya.”
Motif di balik tindakan keji ini adalah sebuah emosi spontan yang didorong oleh verbal provocation. Pelaku mengaku gelap mata karena sering diejek oleh korban. Ejekan yang berulang-ulang itu mengikis mental fortitude pelaku hingga akhirnya mencapai tipping point. Ia mengambil pisau yang ada di warung, dan dalam sebuah momen emotional breakdown, menusukkan senjata itu ke dada kiri korban sebanyak dua kali.
“Tidak ada cekcok yang terjadi sebelum penusukan, hanya akumulasi emosi akibat sering diejek,” tambah AKP Aris.
Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk pisau yang digunakan sebagai murder weapon, serta pakaian korban dan pelaku. Atas perbuatannya, Andika terancam dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Kasus ini, yang sempat memicu collective anxiety di kalangan warga Ngale, kini menemukan titik terang. Meski demikian, terkuaknya fakta bahwa pelaku adalah sosok yang dikenal—bahkan merupakan pemilik warung itu sendiri—menyisakan duka mendalam dan refleksi tentang the fragility of human relationship yang bisa pecah karena hal sepele. ( Red** )