Bojonegoro, FrekwensiPos.Com – Peringatan Sedekah Bumi yang digelar di kawasan Petilasan Syekh Siti Jenar, Desa Nglirip, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, menjadi sebuah fenomena sosial yang patut dicermati. Lebih dari sekadar ritual tahunan, perhelatan ini merupakan sebuah manifestasi dari kohesi sosial yang kuat serta refleksi nilai-nilai budaya dan spiritualitas yang mengakar. Ribuan warga dari berbagai penjuru tumpah ruah dalam sebuah konvergensi yang masif, menciptakan simfoni kebersamaan yang terasa begitu otentik.
Gunungan Hasil Bumi: Ekspresi Gratifikasi Kolektif
Puncak acara ditandai dengan arak-arakan gunungan hasil bumi, sebuah simbolisme dari rasa syukur kolektif atas kelimpahan alam. Prosesi ini bukan hanya sebatas parade visual, melainkan sebuah ekspresi gratifikasi komunal yang diwujudkan dalam bentuk materi. Partisipasi aktif masyarakat dalam mengarak gunungan menunjukkan adanya sense of belonging dan partisipasi yang tinggi terhadap tradisi, menjadikannya sebuah ruang publik di mana identitas kolektif diperkuat.
Karnaval Budaya dan Harmoni Rakyat
Momen tersebut juga dihiasi oleh berbagai karnaval budaya yang menampilkan spektrum seni dan kreativitas masyarakat. Mulai dari arak-arakan hingga pertunjukan campursari, setiap elemen seni menjadi medium untuk merajut jejak persaudaraan dan memperkuat ikatan antarindividu. Harmoni yang tercipta di antara kerumunan menjadi bukti nyata bahwa tradisi dapat berfungsi sebagai katalisator bagi interaksi sosial yang positif, meruntuhkan sekat-sekat dan memperkuat solidaritas dalam sebuah komunitas. Perayaan ini adalah sebuah kontemplasi kolektif, di mana ingatan akan leluhur dan nilai-nilai luhur menjadi landasan untuk menatap masa depan. ( WHY )