Unjuk Rasa Buruh Nasional  Suara Protes Membakar Ibu Kota, Ketegangan Mencekam di Titik-Titik Krusial

banner 468x60

Jakarta, FrekwensiPos.Com – Aksi unjuk rasa buruh nasional pada 29 Agustus 2025 mencapai puncaknya dengan eskalasi ketegangan yang meruncing di sejumlah titik vital di DKI Jakarta. Hingga pukul 05.15 WIB, ibu kota berada dalam cengkeraman ketidakpastian, di mana massa aksi terus bertahan menghadapi respons represif dari aparat keamanan.

 

banner 336x280

Episentrum Ketegangan di Kwitang dan Senen

 

Kawasan Kwitang dan Flyover Senen menjadi episentrum perlawanan. Sejak dini hari, ribuan massa aksi memadati area tersebut, menunjukkan determinasi yang teguh meskipun gas air mata telah dilepaskan berulang kali oleh aparat. Taktik represif ini tampaknya gagal mematahkan semangat perjuangan massa yang menuntut hak-hak normatif.

 

Bahkan, menjelang fajar, tepatnya pada pukul 05.00 WIB, jumlah massa di sekitar Mako Brimob Kwitang justru diprediksi akan bertambah signifikan. Spekulasi mencuat tentang potensi gelombang ojek online (ojol) dari berbagai penjuru yang akan bergabung, mengubah dinamika aksi menjadi potensi konsentrasi massa yang lebih masif.

 

Permintaan Maaf Kapolri dan Janji Transparansi

 

Di tengah eskalasi di lapangan, respons dari pihak kepolisian menjadi sorotan. Pada pukul 01.00 WIB, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permintaan maaf resmi kepada keluarga korban atas insiden tragis. Peristiwa kendaraan taktis (rantis) Brimob Polri yang melindas seorang pengemudi ojek online (ojol) telah memicu gelombang kemarahan publik.

 

Langkah ini disusul dengan konferensi pers yang digelar Kapolri pada pukul 01.50 WIB. Dalam konferensi tersebut, ia menegaskan komitmen untuk menindak tegas pelaku secara transparan. Pernyataan ini menjadi krusial dalam upaya meredam gelombang sentimen negatif, namun implementasinya akan menjadi tolok ukur utama bagi kredibilitas institusi kepolisian.

 

Aksi unjuk rasa ini tak lagi sekadar tuntutan buruh; ia telah berevolusi menjadi momentum refleksi kolektif terhadap keadilan dan akuntabilitas. Sementara ibu kota menahan napas, masyarakat menanti resolusi yang adil di tengah dinamika yang semakin kompleks. Red.Tim **

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *