Ngawi, FrekwensiPos.Com – Kualitas pelayanan kesehatan yang prima dan humanis menjadi dambaan setiap warga. Namun, bagi sebagian masyarakat Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, harapan tersebut masih terasa jauh. Banyak warga Ngawi justru memilih berobat ke RSUD dr. Soehardi Prijonegoro Sragen, Jawa Tengah, karena merasa lebih puas dengan pelayanan yang ramah, responsif, dan memanusiakan pasien.
Tidak sedikit Masyarakat Kabupaten Ngawi menyatakan kekecewaan terhadap kualitas pelayanan fasilitas kesehatan lokal (khususnya RSUD Ngawi dan Puskesmas) yang dinilai kurang ramah, judes, dan kurang responsif. Sebaliknya, mereka memuji dan merasa iri dengan pelayanan prima serta humanis yang mereka terima di RSUD dr. Soehardi Prijonegoro Sragen.
Keluhan utama disampaikan oleh Endang Setyawati, warga Kedunggalar, Ngawi, yang baru saja membawa anaknya berobat ke RSUD Sragen. Beberapa warga Ngawi lainnya, termasuk Roni, Sutriono, Sriyanto, Wahyu, Bregol, Suliyanto, Boby, Siswanto, dan Pak Jaya, juga mengonfirmasi pengalaman serupa terkait buruknya pelayanan di fasilitas kesehatan Ngawi. Sementara itu, seluruh staf RSUD dr. Soehardi Prijonegoro Sragen, mulai dari perawat, dokter, staf, laboratorium, satpam, cleaning service, petugas parkir, hingga Kepala Ruang Teratai, Ibu Ratih, mendapat pujian atas pelayanan yang memuaskan.
Pengalaman Endang Setyawati di RSUD Sragen terjadi baru-baru ini, dengan anaknya dirawat selama tiga hari dan ia memberikan kesaksian pada Rabu, 9 Juli 2025. Pengalaman buruk ponakannya di RSUD Ngawi terjadi tahun lalu.
Perbandingan kualitas pelayanan ini terjadi antara fasilitas kesehatan di Kabupaten Ngawi (RSUD Ngawi dan Puskesmas setempat) dan RSUD dr. Soehardi Prijonegoro Sragen, Jawa Tengah.
Warga Ngawi memilih berobat ke Sragen karena pengalaman buruk dan trauma dengan pelayanan di fasilitas kesehatan Ngawi, yang kerap dinilai tidak ramah, cuek, dan bahkan diduga salah diagnosis. Sebaliknya, RSUD Sragen menawarkan pelayanan yang sangat memuaskan, ditandai dengan keramahan, senyum, kesantunan, dan sikap memanusiakan pasien dari seluruh jajaran staf.
Keberadaan papan pengumuman “Lapor Mas Dir” dengan nomor kontak direktur di RSUD Sragen juga menunjukkan transparansi dan komitmen kuat terhadap kepuasan pasien.
Endang Setyawati menjelaskan bahwa keputusan untuk merawat anaknya di RSUD Sragen didasari oleh pertimbangan matang dan trauma pengalaman buruk ponakannya tahun lalu di RSUD Ngawi yang diduga mengalami salah diagnosis. Di RSUD Sragen, Endang merasakan perbedaan signifikan, di mana seluruh jajaran petugas menunjukkan keramahan dan sikap memanusiakan manusia. Ia secara khusus mengapresiasi Ibu Ratih, Kepala Ruang Teratai, yang proaktif dalam pengecekan, memastikan tindakan perawatan berjalan baik, menanyakan keluhan keluarga pasien, dan bahkan memberikan nomor ponsel pribadinya untuk memudahkan komunikasi.
Observasi media juga menunjukkan bahwa RSUD Sragen memiliki papan informasi “Lapor Mas Dir” dengan nomor telepon direktur (082123236060) di pintu masuk sebagai wujud keterbukaan.
Hampir semua pegawai aktif menawarkan bantuan kepada pengunjung yang tampak kebingungan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pengalaman umum di Ngawi, di mana banyak warga mengaku sering diperlakukan judes di Puskesmas atau RSUD Ngawi.
Meskipun fasilitas bangunan RSUD dan Puskesmas di Ngawi telah lebih tertata dan bersih, masyarakat berharap di Hari Jadi Ngawi ke 667 th dengan jarkon / slogan “Ngawi Ramah” dapat diimplementasikan secara tulus dalam pelayanan agar tidak hanya menjadi sekadar semboyan. ( BD )



