Ngawi . FrekwensiPos.Com – Kerusakan infrastruktur di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terus menjadi sorotan media dan LSM. Salah satu proyek yang paling disorot adalah Jembatan Papungan, yang setiap tahun mendapatkan alokasi anggaran untuk perbaikan, namun tak kunjung usai.
Jembatan yang menghubungkan antar desa dan kecamatan pitu ini, pada tahun 2024 kembali menerima kucuran dana Rp 176.550.000 yang bersumber dari Dana Bagi Hasil (DBH). Proyek dengan nomor kontrak 000.3.2/1903.19/404.303/2024 yang dikerjakan oleh CV. Baskoro .
Diduga, evaluasi pra-rehab yang kurang cermat menjadi penyebab utama kerusakan jembatan yang terus berulang. Kondisi tanah yang labil dan penurunan tanah diduga menjadi faktor utama kerusakan, namun hal ini terkesan diabaikan oleh perencana.
Akibatnya, anggaran yang seharusnya dapat digunakan untuk proyek lain yang lebih mendesak, terbuang sia-sia untuk proyek yang tak kunjung selesai. Masyarakat Ngawi merasa pesimis dengan proyek yang dijadikan ATM ( Anggaran Tahunan Misterius ) tahunan dan merasakecewa terhadap kondisi ini. ” Dulu jembatan dungus bisa dipastikan tiap tahun teranggarkan dan tidak pernah selesai , setelah disorot oleh sejumlah media baru benar solusi dan pekerjaannya , sekarang pindah ke jembatan papungan yang diperkirakan akan bernasib sama dengan jembatan dungus dulu “, kata DM aktifis dan pengiat sosial warga Pitu.
Kepala Bidang Jalan dan Jembatan PUPR Ngawi, RM, mengakui bahwa banyak rekanan yang tidak layak mengerjakan proyek, namun karena sistem lelang yang ada, mereka tidak dapat berbuat banyak. “Selama rekanan memiliki ‘orang dalam’, dijamin mereka akan mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.
CV. Baskoro , yang dipimpin oleh Titik, terlihat proaktif dalam menanggapi kerusakan jembatan ini. Mereka menugaskan salah satu stafnya ( Pelaksana kegiatan jembatan papungan ) berkomunikasi dengan Dinas PUPR dan melakukan inspeksi lapangan bersama untuk mencari solusi terbaik.
“Yang jelas kami perbaiki, karena masih dalam masa pemeliharaan,” ujar Titik melalui sambungan telepon. “Kami juga menunggu metode kerja dari dinas untuk mengantisipasi kerusakan lebih lanjut jika terjadi banjir.” Rif**



