Ngawi, FrekwensiPos.Com // Gelombang demonstrasi yang mengguncang acara pelepasan dan penyerahan SK Kasun Gadung, Sdr. Bari, ternyata menyimpan bara api yang lebih dahsyat. Sumber terpercaya membongkar dugaan keterlibatan mantan Kepala Desa (Kades) Ngompro, JP, yang tak lain adalah saudara kandung dari Kasun Gadung, sebagai aktor intelektual di balik aksi massa yang penuh intrik tersebut.
JP, yang dulunya diagungkan sebagai tokoh panutan, kini justru terindikasi / diduga kuat menjadi provokator utama kericuhan. Sikap bungkamnya saat dikonfirmasi, dengan lontaran “No coment, onone yo ngunuiku” (tidak berkomentar, ya begitulah adanya), semakin menguatkan spekulasi keterlibatannya dalam skenario politik yang dibangun JP. Selasa , 08/04/2025
Bukti tak terbantahkan berupa informasi dari perangkat desa tetangga mengungkap pergerakan mencurigakan JP sebelum aksi terjadi. Pesan WhatsApp yang berisi permintaan peminjaman genderang untuk mobilisasi massa menjadi amunisi kuat yang mengarahkannya sebagai otak di balik layar.
Tudingan keterlibatan kepentingan politik desa, terutama ambisi mencalonkan putranya dalam Pilkades mendatang, semakin memperjelas motif di balik aksi tersebut. Namun, JP dengan nada meremehkan mencoba mengelak, “Pak Kasun wi trah pak Dhe ku lho,, kog dikit kaitne Pilkades,,Hehe” (Pak Kasun itu masih keluarga paman saya lho, kok sedikit-sedikit dikaitkan Pilkades,,Hehe). Pernyataan ini justru semakin mengindikasikan adanya agenda tersembunyi.
Kondisi Desa Ngompro pasca lengsernya JP dari kursi kepala desa memang menyimpan luka menganga. Seorang tokoh muda dan perangkat desa yang memilih anonim mengungkapkan bahwa “Sejak kepala desa sekarang menjabat menggantikan JP, konflik di lingkup internal dan non internal desa sering terjadi meski dipicu hal kecil. Selama tidak ada komunikasi yang harmonis antara kades sekarang dengan mantan, saya yakin sampai kapan pun Desa Ngompro selalu berkonflik.” Pernyataan ini menggambarkan betapa warisan kepemimpinan JP justru menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, mengancam kondusifitas dan kedamaian desa.
Diduga kuat, aksi massa ini adalah salah satu bentuk sabotase terstruktur yang dirancang untuk menggoyang kepemimpinan saat ini dan membuka jalan bagi dinasti politik JP di masa depan. ( Red ** )